Bersurat Menyurat

Harus saya katakan kalau saya suka dengan hal ini. Walaupun saat ini saya tidak pernah melakukan korespondensi surat menyurat, tapi saya akan senang hati melakukannya. Menerima sesuatu dalam kotak surat walaupun hanya berupa majalah promosi ataupun tabloid bulanan dari kampus sudah cukup berkesan bagi saya, apalagi menerima kiriman yang bersifat personal.

Disini, selama di Rotterdam, menerima sesuatu dalam kotak surat adalah hal yang selalu terjadi, majalah promosi dari supermarket, dari operator transportasi umum (NS) dan tabloid dari kampus adalah benda yang paling sering masuk kedalam kotak surat saya. Kadang saya juga menemukan amplop dari bank yang ditujukan bukan buat saya, melainkan untuk penghuni kamar saya sebelumnya.

Perasaan ketika menerima kiriman dalam bentuk apapun di kotak surat lebih senang dan berkesan dibanding menerima email ataupun chat/ sms dengan konten yang sama dan dari pengirim yang sama (kecuali surat berisi tagihan). Tentu saja anda juga tahu soal itu. Tapi, sekarang siapa lagi yang mau berkirm surat, selain sahabat filatelis?

Saya pernah menjadi “seorang filatelis” jaman dahulu kala. Waktu masih SD, dimana saat itu belum ada yang namanya teknologi sms ataupun yang serupa di kota saya. Saat itu ada semacam program sahabat filatelis dari Pos Indonesia untuk anak-anak yang berprestasi di sekolah-sekolah dasar di kota saya. Hanya saja, saya tidak pernah menerima balasan surat yang saya kirm ke “sahabat-sahabat pena” saya saat itu. Entah mereka mengerti dengan apa yang saya katakan dalam surat saya itu atau tidak, atau jangan-jangan surat itu tidak pernah sampai kepada mereka. Hanya Tuhan dan pak pos yang tahu.

Terlepas dari cerita surat yang tidak dibalas tadi, saya masih tetap punya keinginan untuk bersurat menyurat. Kadang saya berpikir untuk mengirim surat, tapi sulit menemukan orang yang “layak” untuk dikirmi surat. Hal yang menyedihkan adalah ketika mereka yang dikirimi surat tidak paham dengan “cerita” dibalik surat menyurat itu. Mungkin ada yang menganggap ini adalah hal yang kuno dan tidak perlu lagi dilakukan karena sudah ada teknologi yang lebih baik. Tapi bagi saya, surat menyurat adalah hal yang sangat berkesan. Kesannya lebih personal, dan tentu saja bisa jadi lebih romantis.

Share the Post
Rizqi Fahma
Rizqi Fahma

I read, I write, I bike, I swim, but I don't smoke.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.