Saya dan Sepeda #Bagian3 – Teenage

Jaman SMA, sudah pasti semua anak laki-laki tidak menempatkan sepeda sebagai tunggangan favoritnya. Anak SMA berfikir bahwa sudah saatnya beralih ke sepeda motor. Lebih cepat, lebih bertenaga, lebih bergengsi, dan juga pastinya lebih mahal.

Motor sudah pasti tidak akan dibelikan waktu itu. Mau minta dibelikan sepeda, mau juga sih. Tapi pikir-pikir dulu, harga sepeda juga makin mahal, dan kalau naik sepeda ke sekolah, parkirnya dimana? Dan yang naik sepeda ke sekolah itu cuma terhitung jari. Jadinya, rencana untuk kembali punya sepeda sendiri kembali pupus.

Sorry

Motor tidak punya, sepeda juga demikian. Sekolah lancar-lancar saja. Alhamdulillah.

Jreng….. kemudian, tiba lah masa-masa sebagai mahasiswa. Setelah lulus dan berhasil lolos tes UMB pada salah satu perguruan tinggi negeri, orang tua saya akhirnya memberikan hadiah sebuah kuda besi alias sepeda motor kepada saya. Sebuah Suzuki Shogun SP 125cc. bukan main senangnya saya waktu itu. Disitulah saya sadar, orang tua saya tidak salah ketika memutuskan bahwa saya tidak akan dibelikan sepeda motor waktu SMA.

Terus terang, kehadiran sepeda motor ini sangat berguna bagi saya. Dan juga orang disekitar saya. Dan saya punya banyak kenangan bersamanya.

Meski sudah punya sepeda motor, rasa rindu untuk kembali bisa memiliki sepeda tetap ada. Dan semakin lama saya semakin merindukan yang namanya sepeda ini. Apalagi setelah event Bike to Campus yang diselenggarakan teman-teman saya sekitar tahun 2011 lalu. Saya bahkan rela meminjam sepeda keponakan saya dan membawanya ke kampus yang jaraknya cukup jauh dari rumahnya. Apalagi ditambah padatnya lalu lintas yang beresiko untuk pengendara sepeda seperti saya.

Melelahkan? Ya memang melelahkan mengendarai sepeda dipagi hari sejauh beberapa kilometer ke kampus, berkeliling kampus, dan sorenya kembali mengayuh sepeda ke rumah pemiliknya sejauh beberapa kilometer. Tapi, saya sangat antusias. Kembali saya ingat perasaan senangnya bersepeda ketika masih kecil, belasan tahun yang lalu.

Saya sempat ingin merealisasikan rencana membeli sepeda ketika tahun 2009-2010. Ketika itu, saya sempat dapat beasiswa untuk jangka waktu satu tahun ajaran. Tapi, tidak terealisasi. Uang nya habis untuk hal lain, seperti untuk perawatan sepeda motor, dan juga kebutuhan hidup lainnya.

Ah, hidup ini indah… sepeda, kita pasti bertemu lagi 😀

Share the Post
Rizqi Fahma
Rizqi Fahma

I read, I write, I bike, I swim, but I don't smoke.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.