SimCity, Selesai

Setelah tiga hari berturut-turut bergelut dengan SimCity 4, akhirnya kemarin, hari Jum’at, 11 Maret 2016, sesi ini selesai. SimCity 4 ini dimasukkan kedalam kurikulum kami untuk memberikan pandangan tentang simulasi perkotaan dalam bentuk permainan. Iya, kami bermain game dalam salah satu sesi kuliah kami.

Saya senang dengan ide ini, dimana kita diberikan kesempatan untuk membuat simulasi game berdasarkan tujuan kelompok masing-masing. Walaupun sekilas kalau dilihat, kami bermain game, tapi dalam prosesnya tidak sesederhana itu. Kami harus punya rencana dan alasan dibalik keputusan yang kami buat, dan semuanya harus dipresentasikan dan dilaporkan. Kelompok saya punya fokus dibidang ekonomi. Dan tentu saja, bangkrut bukanlah pilihan bagi kelompok kami.

Di SimCity, kemungkinan bangkrut itu sangat besar. Banyak alasan yang menyebabkan kota yang kita bangun itu bisa bangkrut di SimCity, salah satunya adalah membangun fasilitas-fasilitas yang belum dibutuhkan penduduk yang ada di kota kita. Apalagi disaat populasi kota kita masih sangat sedikit.

Contohnya, membangun police station atau fire station, health facilities, yang skalanya besar, disaat jumlah penduduk masih sedikit. Penyebab lain seperti budgeting yang jauh lebih tinggi dari penggunaan, bisa membuat kota kita cepat bangkrut. Jadi, kita harus terus meperhatikan keadaan kota kita. Jumlah penduduk, kebutuhan RCI (Residential, Commercial, dan Industrial) jangan lupa. Dan tentu saja, perhatikan budgeting kota kita. Sangat dianjurkan untuk tidak membuat pengeluaran melebihi pemasukan kota kita diawal-awal permainan, apalagi ketika uang yang kita miliki hanya sekitar 20 sampai 50 ribu.

SimCity adalah permainan kesabaran. Seperti yang saya bilang tadi, jangan pernah terburu-buru membangun suatu fasilitas sebelum kota kita benar-benar membutuhkannya. Walaupun kadang menurut kita suatu fasilitas yang kita inginkan itu perlu. Misalnya, ide untuk membangun taman misalnya. Tentu saja, taman itu dibutuhkan masyarakat dan bisa berpengaruh pada peningkatan harga lahan (land value), tapi ingat, semua yang kita bangun dan miliki itu perlu biaya, bukan hanya sampai pada biaya pembangunannya saja, tapi juga ada biaya maintenance (pemeliharaan) yang dikeluarkan tiap bulannya. Besarannya berbeda-beda tergantung pada fasilitas apa yang kita miliki.

Makanya, beberapa kota yang dikelola teman-teman di kelompok lain bangkrut diakhir permainan. Karena “kelihatannya” mereka terlalu terburu-buru dalam membangun kota, berdasarkan fokus mereka. Terlalu banyak fasilitas-fasilitas yang dibangun terlalu awal, yang pada akhirnya menuntut mereka mengeluarkan banyak biaya maintenance, padahal durasi permainan hanya sampai 2040, 25 tahun pembangunan yang diminta oleh dosen. Iya, kami mulai dari tahun 2015 di SimCity.

Kerja sama antara anggota kelompok sangat perlu. Kami diberikan peran masing-masing dalam tiap kelompok. Ada yang bertindak sebagai walikota, ada yang bertanggung jawab dalam pengaturan keuangan, perencanaan, lingkungan, dll. Pembuatan keputusan membutuhkan waktu yang tidak singkat, terutama pada awal-awal permainan. Keputusan seperti failitas apa yang harus diprioritaskan, kemudian peletakan tempatnya dimana, selalu menjadi diskusi yang menarik dan memakan waktu.

Untungnya, dihari ketiga, ketika rythm diantara kami sudah mulai padu, dan pemahaman terhadap gameplay sudah semakin baik, prosesnya menjadi semakin lancar. Dan akhirnya, kami mampu menjaga perekonomian kota kami dan terhindar dari kebangkrutan.

Kami selesai dengan sisa uang dan jumlah penduduk terbanyak dibandingkan kelompok-kelompok lain. Walaupun indikator lingkungan kami sangat buruk. Kami yakin bahwa ini adalah salah satu dampak negatif dari pertumbuhan ekonomi yang kami kejar. Walaupun suatu kota tidak selalu perlu buruk dalam pengelolaan lingkungan disaat mereka mengejar pertumbuhan ekonomi.

Kenyataannya banyak kota yang buruk dalam aspek lingkungan (polusi air dan udara tinggi) karena tidak sanggup mengimbangi dampak dari pertumbuhan ekonomi mereka terhadap lingkungannya. Contoh konkretnya, lihat saja Beijing dan beberapa kota besar lain di dunia. Pertumbuhan ekonomi tinggi, tapi lingkungan bermasalah.

SimCity, sedikit banyak merefleksikan keadaan perkotaan yang sebenarnya dalam bentuk simulasi. Diluar dari keterbatasan-keterbatasannya, menurut saya, sekali lagi, bermain SimCity bagi mahasiswa atau siapapun yang belajar dan tertarik tentang perkotaan sangat layak dicoba.

Saya pribadi belajar banyak dalam 4 hari sesi SimCity ini. Saya menjadi lebih paham tentang cara kerja perkotaan, walaupun tidak selalu apa yang ada di SimCity sama dengan keadaan kota yang sebenarnya. Pembuatan keputusan dan antisipasi dari dampaknya adalah salah satu hal yang saya pelajari dari permainan ini. Logika kita juga semakin terlatih dengan bermain game ini.

Saya memplajari banyak artikel dan mencoba menerapkannya pada simulasi-simulasi game yang saya buat. Suatu hal yang baik buat saya, karena saya sendiri sangat jarang memiliki inisiatif untuk mengeksplor pelajaran dalam perkuliahan saya. Tapi, dengan game ini saya memiliki inisiatif untuk banyak membaca dan belajar, karena saya tidak ingin kota yang saya dan teman kelompok saya bangun menjadi bangkrut.

So, itulah akhir dari sesi SimCity ini di kelas kami. Diluar dari segala kekurangan dalam prosesnya, saya menikmati sesi ini. Dan tentunya, saya bisa mengambil pelajaran dari sesi ini. Dan walaupun sesi ini sudah berakhir, saya masih akan tetap bermain game ini.

Main game SimCity, kenapa tidak?

Share the Post
Rizqi Fahma
Rizqi Fahma

I read, I write, I bike, I swim, but I don't smoke.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.