Miniature World Rotterdam

Anak S2 Main Game SimCity

Iya, betul. Kuliah hari ini sampai dengan Jumat kami main SimCity. Bagi yang belum tahu apa itu SimCity, ini adalah game simulasi perkotaan, mainnya di PC atau Laptop, bukan lewat smartphone/ tab seperti yang belakangan ini makin populer.

SimCity yang kami mainkan adalah SimCity 4, yang berdasarkan apa yang saya lihat di pagenya di Steam, game ini sudah cukup lama, sudah sejak tahun 2003. Game ini saya beli lewat Steam dengan harga sekitar 4-5 Euro, lebih murah dari harga normal, yaitu 9,99 Euro. Saya beli game ini pada saat ada promo. Kebetulan saat itu ada Chinese New Year promo di Steam, game ini salah satu yang diskon 50% waktu itu. Jadi, bisa dibilang saya lebih beruntung dibanding beberapa teman saya yang baru tadi beli game ini seharga 9,99 Euro. Saya baru mulai bermain game ini beberapa kali sejak membeli dan menginstall game ini di laptop saya.

Sebelum berbicara mengenai kenapa kok bisa anak S2 kuliahnya main game, saya ingin berbicara tentang beli membeli game ini.

Bagi kita yang terbiasa dan sudah menjadi kebiasaan menggunakan software bajakan, tentu saja membeli game adalah sesuatu yang menggelikan. Pertanyaannya, kenapa harus membeli dengan harga segitu kalau sebenarnya game ini bisa didownload gratis dari internet(bajakan)? Jawabannya adalah, tergantung pada diri masing-masing.

Mungkin beberapa orang menertawakan kenapa saya mau membeli game ini, apalagi ini hanya akan dipakai seminggu dikelas. Bagi saya, ini adalah salah satu bentuk apresiasi saya kepada developer game yang sudah menghabiskan banyak waktu, tenaga dan biaya untuk membuat game ini. Tidak sampai disitu, game ini juga diupdate oleh developer, yang tentu saja butuh biaya yang tidak sedikit. Game ini sudah ada sejak tahun 2003, dan tentu saja selama ini sudah banyak update untuk memperbaiki masalah yang ada di game ini.

Alasan lain kenapa saya membeli game ini, di platform Steam adalah alasan “convenience”, rasa nyaman memainkan game ini dengan resiko crash program yang lebih minim dibanding main game hasil bajakan yang bisa saja mengandung virus dan pastinya sering bermasalah. Suatu saat ada update, game saya bisa terupdate otomatis, selamanya. Ini adalah salah satu kelebihannya, karena kita berhak menggunakan game ini dan dapat update dengan lisensi yang berlaku selamanya (kecuali ada ketentuan terbaru).

Kemudian, tentu saja alasan selanjutnya adalah hak cipta. Saya tidak ingin bermasalah dengan hak cipta. 5 Euro untuk lisensi game selamanya kalau dipikir lebih jeli bukanlah harga yang mahal. Mungkin saat ini kalu dipikir hanya akan dipakai seminggu dikelas, dan perhitungannya akan rugi, bagi saya tidak. Saya kemungkinan akan tetap main SimCity walupun materi kuliah ini sudah selesai, bahkan setelah lulus S2 nanti.

Kembali ke pertanyaan awal

Kenapa anak S2 ada kuliah main game SimCity?
Begini, saya kuliah di program studi Urban Management and Development di Erasmus Universiteit, Rotterdam, dan dalam prosesnya kita diajarkan untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada di kota. Nah, mengidentifikasi masalah-masalah ini tentu diharapkan kita bisa menemukan solusinya. Salah satu cara terbaik adalah dengan menggunakan simulasi. Di game ini kita bisa membuat perencanaan tentang suatu bentuk kota dengan visi yang sudah kita tentukan sebelumnya. Seperti misalnya kita ingin membuat kota hijau, kota pendidikan, kota yang berorientasi ekonomi, dan sebagainya, SimCity memungkinkan untuk membuat simulasinya.

Walaupun ini hanya sebuah game, tapi sejauh ini, cara kerjanya bisa dibilang menyerupai “real case” atau keadaan yang sebenarnya. Developer game ini sudah melakukan research atau bahkan melibatkan peneliti perkotaan, atau mereka sudah mempelajari ilmu perkotaan, atau sudah mengamati cara kerja kota, dan menerapkannya di game ini. Dan percaya atau tidak, dosen-dosen ilmu perkotaan tidak sedikit yang pernah main game ini. Dikelas kami, yang sekolah S2 malah diwajibkan bermain game ini. Dan tidak menutup kemungkinan kalau ada sekolah-sekolah S2 lain yang menmasukkan SimCity kedalam kurikulumnya.

Salah satu tujuan dari perkuliahan dengan metode bermain game SimCity ini adalah, kita diharapkan bisa membuat keputusan terkait dengan pengembangan kota berkelanjutan (sustainable development). Kami dibagi per kelompok, dan tentu saja kami harus bisa bekerja sama dengan teman-teman yang lain. Masing-masing kelompok terdiri dari anggota-anggota yang punya tugas masing-masing, seperti ada yang bertanggung jawab dalam hal perencanaan, infrastruktur, finansial, dan ada yang bertindak sebagai walikota. Tiap kelompok punya fokus masing-masing, seperti ada yang fokus membangun kota hijau, ada yang fokus ke sosial, ekonomi, dan ada yang fokusnya harus berimbang antara fokus-fokus tadi.

Jadi, sebenarnya ini tidak sepenuhnya bermain game yang dianggap hanya bersenang-senang saja. Tapi disini, kita harus tahu dengan tugas masing-masing, alasan-alasan dibalik keputusan dalam merencanakan dan membangun fungsi-fungsi tertentu, dan semuanya harus dilaporkan. Setiap action selalu ada dampaknya, dan ada biaya yang dikeluarkan. Jadi, ini tidak semudah yang dibayangkan. Dan pada akhirnya, Jum’at ini, semuanya harus dipresentasikan.

Bermain game ini bukan hanya sebagai hiburan semata, tapi sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang sudah dipelajari sebelumnya, walaupun hanya dalam bentuk game. Sebagai mahasiswa yang mempelajari ilmu perkotaan, saya rasa metode seperti ini cukup baik untuk melihat sejauh mana saya bisa memahami cara kerja kota itu dalam waktu yang tidak terlalu lama, dengan memanfaatkan simulasi seperti ini.

Semoga ini bisa memberikan inspirasi tentang metode perkuliahan diluar metode konvensional yang biasanya terbatas pada penyampaian materi dikelas, tapi ini bisa disajikan dalam bentuk yang lebih menarik dan menantang.

Share the Post
Rizqi Fahma
Rizqi Fahma

I read, I write, I bike, I swim, but I don't smoke.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.