Arigato Gozaimasu, Dr. Ihsan (Bagian 2)

Kembali dari Jepang

Saat itu saya harus segera memutuskan akan memilih siapa sebagai dosen pembimbing untuk tugas akhir saya. Saya dengar dari teman kalau Pak Ihsan sudah menyelesaikan pendidikan S3 nya di Jepang dan sudah tiba di Indonesia. Kemudian saya mulai bertanya kepada teman-teman dan senior-senior mengenai cara beliau membimbing tugas akhir. Beberapa orang bilang kalau beliau adalah dosen yang “killer”, sangat tegas, dan yang lain bilang kalau beliau itu orang nya bersahabat dan sangat baik. Beberapa mahasiswa saat itu seakan menghindar untuk tidak memilih beliau sebagai dosen pembimbing. Fortunately, it was not me.

Saya memutuskan untuk “mempertaruhkan” tugas akhir saya. Saya mencantumkan nama beliau sebagai dosen yang saya inginkan untuk membantu saya dalam menyusun tugas akhir. Bersama dengan dua nama lain, saya harapkan semoga tugas akhir saya lancar. Dan setelah melalui pembicaraan dengan pihak Jurusan, diputuskanlah dua nama dosen yang akan membimbing saya menyusun tugas akhir saya. Prof. Dr. Ir. Ananto Yudono, M.Eng dan Dr. Eng. Ihsan, ST., MT.

Menyusun tugas akhir

Saya masih canggung pada saat pertama menghadap Dr. Ihsan untuk membicarakan soal tugas akhir. Bagaimana tidak, saya masih terbayang dengan cerita teman-teman kalau beliau itu sangat tegas. Saya khawatir kalau beliau akan muntab karena proposal tugas akhir saya tidak berbobot. Dan sepertinya memang demikian, judul tugas akhir saya segera berubah. Tapi kabar baiknya, beliau sama sekali tidak muntab atau menegur saya karena berani menjerumuskan beliau menjadi dosen pembimbing.

Sambutan beliau cukup hangat dan kami (trio mahasiswa bimbingan tugas akhir beliau) bisa cepat akrab dengan beliau. Mau tidak mau fokus saya harus saya ubah waktu itu menjadi fokus pada tugas akhir. Waktu itu bulan Oktober dan saya masih bekerja pada sebuah perusahaan konsultan di Makassar.

Pekerjaan masih jalan, tugas akhir juga mulai mendesak. Sebisa mungkin saya mengikuti asistensi tugas akhir dengan beliau. Dan semakin lama pekerjaan saya makin menuntut banyak waktu dan tenaga. Tugas akhir menjadi korban, dan beberapa minggu tidak ada progress. Ternyata bukan hanya saya yang demikian, kedua teman saya pun sama. Sama-sama tidak ada progress waktu itu. Hadduh…. Kacau.

Dua bulan kemudian

Beberapa hal terjadi, dan saya harus memutuskan untuk fokus kemana. Saya memutuskan untuk resign dari kantor saya karena ingin fokus untuk tugas akhir. Beruntung, waktu itu bos saya paham dengan keadaan saya, dan beliau memberi saya kesempatan untuk bergabung kembali setelah menyelesaikan tugas akhir. So, back to the business, boy. Focus to the final assignment!

Beberapa minggu kemudian saya mulai sibuk dengan literatur dan survey awal untuk tugas akhir. Hanya saja, kadang saya dan teman yang lain kehilangan ritme, dan sempat tidak ada (lagi) progress selama beberapa waktu. Tugas akhir kelihatannya sebagai mission impossible waktu itu. Kami sering terlambat memberi perkembangan tugas akhir. Kami membuat kesalahan dengan diri kami dan juga mengecewakan dosen pembimbing. Tapi, Dr. Ihsan kelihatan tidak demikian, beliau tetap berpikir positif. Beliau terus menyemangati kami.

Sering beliau ingatkan kami lewat sms dan telefon untuk tetap semangat menyusun tugas akhir. Beliau pun sering memanggil kami ke rumahnya untuk diskusi tugas akhir, dan kadang kami dijamu makan siang atau makan malam di rumah beliau. Baru kali ini kami mendapat perlakuan sebaik itu dari dosen kami. Dosen-dosen lain juga baik, tapi apa yang diberikan oleh Dr. Ihsan lebih baik lagi.

Beberapa kali tulisan tugas akhir yang saya susun menjadi out of track, tapi beliau terus membantu saya untuk menemukan solusinya. Saya kadang berpikir kalau kami sudah banyak membebani beliau. Kami secara tidak langsung menambah beban pikiran beliau yang juga banyak urusan dan pekerjaan lain. Kadang saya meminta maaf pada beliau karena telah menambah beban pikiran beliau. Lagi-lagi, beliau tetap menanggapinya dengan positif, dan terus menyemangati kami.

Kita pasti bisa selesaikan tugas akhir ini, pasti bisa.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, deadline tugas akhir makin dekat.

Share the Post
Rizqi Fahma
Rizqi Fahma

I read, I write, I bike, I swim, but I don't smoke.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.