Semangat 4.0

4.0. Wish yang selalu diinginkan setiap mahasiswa diawal semester. Sepertinya 4.0 melambangkan kesempurnaan (excellence) sebagai identitas seorang mahasiswa yang punya kredibilitas tinggi didunia akademis. Bukannya sinis, tapi menurut saya itu bukan lah sesuatu yang absolute, bahwa mahasiswa yang punya IP atau mungkin IPK 4.0 (baca: empat titik nol/four point O) akan memiliki karir secemerlang 4.0 nya.

Banyak mahasiswa yang kata nya punya nilai tinggi sewaktu kuliah ketika masuk ke dunia kerja malah kurang berhasil, tidak semulus karir nya sebagai mahasiswa dulu. Sejujur nya saya sendiri masih 50:50 soal perkara yang satu ini, pasal nya saya sendiri masih berstatus sebagai mahasiswa disalah satu perguruan tinggi negeri. Mana bisa saya langsung men-judge bahwa pendapat demikian itu mutlak. Tapi, dari beberapa teman yang sudah lebih dulu masuk lapangan kerja berkata demikian, bahwa IPK tinggi tidak berarti akan sebaik karir dalam dunia kerja. Tentu saja, itu semua tergantung dari orang nya. Apakah memang dia bekerja sesuai dengan passion nya, latar belakang pendidikannya, atau mungkin karena keharusan karena beberapa alasan tertentu seperti yang sering terjadi: ikut-ikutan.

Dengan melihat nilai saya yang cenderung menurun sepanjang semester, saya pun mencanangkan “Semangat 4.0”. Semangat yang saya harapkan dapat mendongkrak passion saya untuk tetap ber kuliah dengan baik dan benar sesuai dengan undang-undang. :). Saya sendiri sebenarnya tidak terlalu care dengan nilai. Sehingga tidak heran kalau nilai saya pun tidak membuat heran saya sendiri, terjun bebas. Sejauh ini, enam semester yang saya jalani. Pola nilai saya cuma 1, menurun. Sebuah pukulan hook dari bawah mengenai tampang saya, yang juga makin kurus. Malang.

Pada awalnya, semangat 4.0 ini cukup efektif untuk tetap membawa saya semakin rajin untuk masuk kuliah. Memang sudah kewajiban. Setidaknya tidak mengulangi kesalahan yang sama seperti semester-semester sebelumnya. Target maksimal 4.0 sepertinya bukan hal yang mustahil. Do’a pun terus mengalir diiringi usaha dan berserah diri. Melewati pertengahan semester, si 4.0 sudah banyak menghadapi tantangan, tugas-tugas besar semakin banyak. 4.0 pun terdegradasi warnanya menjadi abu-abu. Bendera sudah mulai turun menjadi 3/4 dari posisi puncak nya. Damn! Bisa-bisa kejadian di semester-semester sebelumnya terulang lagi.

Saya yang alhamdulillah sudah rajin masuk kuliah tepat waktu, bahkan sering lebih cepat datang dari jadwal semakin lama menjadi semakin lame. Mungkin terpengaruh dengan ketepatan waktu masuk dosen yang juga semakin sering terlambat, padahal tugas-tugas jadi tambah berat. Mungkin, beliau juga semakin sibuk dengan urusan masing-masing. Dengan kondisi demikian, tentunya kesadaran, inisiatif dari masing-masing individu harus lebih ditingkatkan, harus lebih peka kata nya. Saya, mahasiswa harus tetap ber semangat 4.0, dosen pun demikian. Harus ber semangat A+. Sangat sayang kalau setiap semester berkesan bahwa kuliah itu tidak menyenangkan. Introspeksi diri dan tindak lanjut yang ke arah positif tentunya sangat dibutuhkan dimasa-masa seperti ini.

*teruntuk diri ku yang berharap bisa lebih baik di perkuliahan.

Share the Post
Rizqi Fahma
Rizqi Fahma

I read, I write, I bike, I swim, but I don't smoke.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.